Pada
masa-masa belakangan ini kita perhatikan para pemuda cenderung lalai
dan malas mempelajari aqidah, enggan mendalaminya, dan sangat kurang
mencurahkan perhatian mereka kepadanya. Mereka justru sibuk dengan
urusan-urusan lain. Apabila aqidah tersebut benar dan sesuai dengan
ajaran yang dibawa oleh para rasul ‘alaihimush shalatu was salam dan
secara khusus bersesuaian dengan ajaran sang penutup para rasul yaitu
Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua amalan itu akan
diterima jika amal-amal tersebut ikhlas untuk mengharap wajah Allah
ta’ala dan sesuai dengan syariat Allah dan rasul-Nya.
Sedangkan
apabila aqidah itu rusak atau sesat dikarenakan dibangun di atas sikap
membebek dan taklid kepada nenek moyang dan leluhur semata, atau karena
aqidah itu ternodai kesyirikan, apabila demikian maka amal-amal tersebut
akan tertolak dan tidak akan diterima barang sedikitpun, meskipun
pelakunya ikhlas dan benar-benar menginginkan wajah Allah subhanahu wa
ta’ala. Hal itu dikarenakan Allah tidak akan menerima amalan kecuali
apabila ikhlas untuk mengharap wajah-Nya yang mulia serta benar yaitu
sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh sebab itu barang siapa yang menginginkan keselamatan bagi dirinya
serta menghendaki amal-amalnya diterima dan sangat ingin menjadi seorang
muslim yang sejati maka wajib baginya untuk menaruh perhatian besar
terhadap masalah aqidah, yaitu dengan cara memahami aqidah yang benar
serta hal-hal yang bertentangan dengannya, yang dapat membatalkannya dan
bisa menggerogotinya, sampai dia bisa membangun amal-amalnya di atas
aqidah tersebut. Dan hal itu tidak akan bisa dicapai tanpa
mempelajarinya dari para ulama serta para pemilik pengetahuan yang
mendalam yang mengambil ilmu tersebut dari kalangan pendahulu umat
ini.Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Ketahuilah, sesunguhnya tidak
ada sesembahan yang benar selain Allah, dan minta ampunlah atas dosamu
dan dosa kaum beriman yang lelaki maupun yang perempuan.” (QS. Muhammad:
19)
Bahkan Imam Al-Bukhari telah membuat sebuah judul bab
khusus di dalam kitabnya di mana beliau berkata, Ilmu didahulukan
sebelum ucapan dan perbuatan’.
Kebanyakan orang yang tidak
mengerti aqidah dan terlalu mencurahkan perhatian mereka untuk mengurusi
persoalan-persoalan semacam ini telah terjerumus dalam kesesatan dan
bahkan menyesatkan orang. Mereka telah membuat pengaburan kepada
manusia, hal itu terjadi karena sebenarnya mereka tidaklah memiliki ilmu
dan keterangan yang bisa dipakai untuk memilah antara yang berbahaya
dengan yang bermanfaat, mana yang harus diambil dan mana yang harus
ditinggalkan serta bagaimanakah cara untuk mengatasi persoalan.
Oleh sebab itu muncullah berbagai kejanggalan serta kekaburan pada
kebanyakan orang. Itu semua terjadi disebabkan mereka menerjuni
persoalan tsaqafah dan dunia perpolitikan sementara mereka tidak
mempunyai bekal ilmu tentang aqidah mereka dan pemahaman yang bersumber
dari ajaran agama mereka, sehingga akhirnya mereka menyangka suatu
kebenaran sebagai kebatilan, dan sebaliknya; menyangka suatu kebatilan
sebagai kebenaran.”
Sedangkan apabila aqidah itu rusak atau sesat dikarenakan dibangun di atas sikap membebek dan taklid kepada nenek moyang dan leluhur semata, atau karena aqidah itu ternodai kesyirikan, apabila demikian maka amal-amal tersebut akan tertolak dan tidak akan diterima barang sedikitpun, meskipun pelakunya ikhlas dan benar-benar menginginkan wajah Allah subhanahu wa ta’ala. Hal itu dikarenakan Allah tidak akan menerima amalan kecuali apabila ikhlas untuk mengharap wajah-Nya yang mulia serta benar yaitu sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh sebab itu barang siapa yang menginginkan keselamatan bagi dirinya serta menghendaki amal-amalnya diterima dan sangat ingin menjadi seorang muslim yang sejati maka wajib baginya untuk menaruh perhatian besar terhadap masalah aqidah, yaitu dengan cara memahami aqidah yang benar serta hal-hal yang bertentangan dengannya, yang dapat membatalkannya dan bisa menggerogotinya, sampai dia bisa membangun amal-amalnya di atas aqidah tersebut. Dan hal itu tidak akan bisa dicapai tanpa mempelajarinya dari para ulama serta para pemilik pengetahuan yang mendalam yang mengambil ilmu tersebut dari kalangan pendahulu umat ini.Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Ketahuilah, sesunguhnya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah, dan minta ampunlah atas dosamu dan dosa kaum beriman yang lelaki maupun yang perempuan.” (QS. Muhammad: 19)
Bahkan Imam Al-Bukhari telah membuat sebuah judul bab khusus di dalam kitabnya di mana beliau berkata, Ilmu didahulukan sebelum ucapan dan perbuatan’.
Kebanyakan orang yang tidak mengerti aqidah dan terlalu mencurahkan perhatian mereka untuk mengurusi persoalan-persoalan semacam ini telah terjerumus dalam kesesatan dan bahkan menyesatkan orang. Mereka telah membuat pengaburan kepada manusia, hal itu terjadi karena sebenarnya mereka tidaklah memiliki ilmu dan keterangan yang bisa dipakai untuk memilah antara yang berbahaya dengan yang bermanfaat, mana yang harus diambil dan mana yang harus ditinggalkan serta bagaimanakah cara untuk mengatasi persoalan.
Oleh sebab itu muncullah berbagai kejanggalan serta kekaburan pada kebanyakan orang. Itu semua terjadi disebabkan mereka menerjuni persoalan tsaqafah dan dunia perpolitikan sementara mereka tidak mempunyai bekal ilmu tentang aqidah mereka dan pemahaman yang bersumber dari ajaran agama mereka, sehingga akhirnya mereka menyangka suatu kebenaran sebagai kebatilan, dan sebaliknya; menyangka suatu kebatilan sebagai kebenaran.”
0 komentar:
Posting Komentar